Sabtu, 10 April 2010

BENTANGLAHAN

Campur tangan manusia terhadap alam untuk kepentinganya sendiri sering mengungkapkan potensi dan kemampuan produksi suatu daerah teetentu. Sebagai contoh gerumbulan Hazel (Corylus avellana) yang begitu umum berkembang I tanah-tanah yang berat di Inggris, bila dibuka biasanya akan menghasilkan lahan yang baik untuk pertumbuhan gadum. Selai daerah kutub, pegunungan tinggi dan guun pasir sangat sedikit lahan yang tidak tertutup oleh tumbuhan, sehingga vegetasi dapat menjadi ciri bentang lahan setempat. Karena adanya tumbuhan tersebut membutuhkan syarat-syarat yang mendukung pertumbuhanya dimana di setiap lahan akan berbeda dan sangat beragam. Dengan demikian hal tersebut dapat memberikan lapangan penelitian yang dapat memperkirakan penggunaan terbaik yang dapat diterapkan di suatu wilayah.

Bentang Lahan dan Bentuk Lahan Penyusunya
Keberadaan bentang lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kategori konstruksional dan kategori destruksional. Bentuk lahan kostruksional pertama adalah benua-benua dan dasar samudra, yang kedua adalah dataran-dataran (dengan struktur horizontal dan tekstur rendah), plato (dataran tinggi dengan tekstur horizontal dengan relief tinggi), gunung (dengan struktur terganggu yang beraneka ragam, dan gunung api (dengan struktur seperti kerucut). Vegentasi yang biasa menyelubungi daerah-daerah tersebut biasanya menempati kedudukan sekunder dan tidak bebas dalam hirearki alami serta selalu terikat dengan sifat-sifat setempat dan kondisi di gunung-gunung, dst. Batuan dataran tinggi biasanya tersusun horizontal tehadap endapanya atau bahkan ekstrasi pembekuanya dalam lapisan-lapisan yang rata, memaksakan keseragaman mengenai kondisi dn vegetasi yang menyertainya. Demikian sebaliknya dengan di daerah pegunungan yang memiliki lahan demikian ekstrim sehingga tidak dapat diberikan penjelasan yang singkat.
Berikutnya adalah bentang lahan ketiga yang disebut sebagai bentang lahan destruksioal. Bentuk ini dihasilkan oleh agen-agen erosi yang bekerja pada bentuk-bentuk konstruksional. Sebagian karakteristiknya ditentukan oleh penyebab-penyebab erosi dan sebagian yang lain ditentukan oleh bentuk lahan konstruksional yang bersangkutan. Diantara contohnya adalah lembah sungai yang dihasilkan oleh erosi yang merupakan pemindahan bahan, delta sungai yang merupakan hasil pengangkutan dan peletakan pengendapan, jembatan-jembatan alami yang merupakan sisa-sisa setelah material di skitarnya terpindahkan. Masing-masing bentuk lahan tersebut memiliki karakteristik terseniri yang kemudian dpat memberikan sumbanga kepada berbagai tipe bentang lahan. Bagaimanapun juga vegetasi yang tumbuh di aas bentang lahan tersebut terkadang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tempat yang lain tetapi terkadang pula menjadi benar-benar sebagai karakteristik untuk suatu bentuk lahan tertentu. Demikianlah bukit-bukit pasir cenderung dihuni oleh rumput kasar pengikat pasir yang terdapat sepanjang daerah dari kutub utara sampai daerah tropika.
Bentuk Lahan dan Kehiupan Tumbuhan
Disini akan dibahas berbagai bentuk lahan destruksioanal secara garis besar dan bentuk kehidupan tumbuhan yang hidup di situ serta karakteristiknya. Hal pertama yang akan dibahas adalah penyebab-penyebab utama erosi yang diantaranya adalah sungai (aliran air), sungai es (gletser), air tanah, angin, gelombang serta arus air. Sertiap golongan structural yang merupakan hasilnya kemudian dapat dibagi lagi menjadi bentuk lahan erosional, deposional, dan residual serta bentuk-bentuk minor lainya yang tidak seberapa penting.
Cirri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai, disamping “dataran erosi” (pineplain) mencakup pula berbagai jenis lembah dan ngarai. Dengan letaknya yang lebih rendah dari dataran lain menyebabkanya cenderung menunjang vegetasi yang lebih subur. Disamping lembah-lembah yang lebih terbuka, aliran air juga dapat mengikis alur-alur yang sempit, jurang-jurang dan kanyon yang tebing-tebingnya curam dan biasanya berbatu-batu memberikan habitat kepada tumbuhan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Akibatnya tumbuhan tersebut dapat menjadi indicator untuk keadaan basah atau keadaan keteduhan, terkadang pula menjadi indicator suatu substrat tertentu seperti yang diberikan oleh batuan berkapur. Sangat sering ditemukan bahwa lembah yang bentangan lerengnya menghadap ke utara mempunyai kondisi yang sama sekali berbeda dengan lereng yang menghadap ke selatan, yang barang kali lebih jelas ditunjukan oleh perbedaan flora dn vegetasi dari pada dengan pengamatan metereologi biasa. Sebgai contoh adalah adalah tumbuhan paku, merupakan tumbuhan yang berkarakteristik untuk tebing yang lembab dna teduh, sedang sukulenta hanya terdapat di tempat-tempat yang kering dan terkena sinar matahari.
Cirri-ciri deposisional yang terbentuk oleh sungai atau aliran air seperti misalnya, dataran-dataran dan bukit-bukit alluvial, endapan dataran banjir, gisik-gisik penghalang aliran air, delta dan tanggul-tanggul alami. Masing-masing mempunyai kecenderungan untuk menunjang suatu tipe vegetasi yang cocok untuk masing-masing wilayah.
Cirri-ciri bentuk lahan residualyang ditinggalkan oleh erosi sungai dalam bahasan ini dianggap tidak terlalu peting. Meskipun vegetasi di tempatnya dapat mengikat permukaan sedemikian rupa sehingga dapat menghambat pembentuknya, namun biasanya hanya berupa vegetasi yang miskin. Sebagai contoh adlah igir-igir pemisah dan sisa-sisa bukit, sisa-sisa erosi dengan puncak yang subur (mesa) dan gumuk-gumuk (butt). Bentuk-bentuk lahan ini kemungkinan besar bersifat berbatu-batu dan tersingkap dengan akibat hanya mempunyai vegetasi yang miskin.
Cirri-ciri erosional yang ditimbulkan oleh sungai es agak mirip dengan yang diakibatkan oleh sungai, hanya saja lembahnya lebih dalam berbentuk huruf “U” dengan dinding yang curam. Dasarnya juga terkikis sehingga kandungan tanahnya sedikit yang berakibat vegetasi di atasnya menderita walaupun mendapat keuntungan wilayah yang terlindung. Cekungan dan laur yang lebih dalam sering terisi oleh air, dan terutama genangan-genangan yang banyak terdapat di sungai es.
Cirri-ciri deposisional yang ditinggalkan oleh sungai es banyak yang masih ada seperti misalnya morena (moraine) dan endapan glasiofluvial (endapan sungai es) Morena akhir, yang terletapa pada ujung sungai es yang tepinya tinggal stasioner untuk waktu yang lama, biasanya berbentuk seperti jalur berbukit-bukit atau bukit-bukit kecil bulat dengan cekungan yang terdistribusi tidak beraturan, terkdang mencakup danau-danau dan rawa-rawa. Vegetasinya dari temapat ke tempat sangat variable dan biasanya bersifat subur karena material yang terkandung banyak mengandung unsure hara, daerah seperti ini biasanya dimanfaatkan sebagi lahan pertanian dan perkebunan.
Cirri-ciri residual yang ditinggalkan oleh sungai es juga bermacam-macam, meski umumnya terdadah, berbatu-batu dan mempunyai vegetasi yang miskin.
Read More..

geomorfologi

geomorfologi ilmu yang menarik

belajarlah geomorfologi dengan senang
Read More..

GEOMORFOLOGI

Banyak literatur yang berbeda dalam mendifinisikan geomorfologi. Secara sederhana, geomorfologi dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk atau rupa permukaan bumi, proses pembentukan, dan karakteristik dari bentuk muka bumi tersebut. Dalam pengertian tersebut, cakupan geomorfologi meliputi morfografi, morfome-tri, morfostruktur, dan morfodinamik

Hamparan lahan, umumnya terdiri atas beberapa bentuk permukaan bumi (landform), dan disebut bentang lahan (landscape). Istilah landscape atau landform sering rancu dengan fisiografi yang hanya menekankan pada aspek topografi atau kemiringan lereng di hamparan lahan itu. Fisiografi merupakan salah satu asfek dalam pengertian landscape
Geomorfologist mempelajari bentang lahan (landscape) atau bentuk muka bumi (landform) yang ada sekarang, dan memprediksi proses geomorfik apa saja yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau landform yang ada seperti sekarang. Suatu asumsi penting bahwa setiap proses geomorfik akan menghasilkan landscape atau landform dengan ciri yang unik (khas). Jadi, dengan mengenali hasil proses tersebut, yaitu land scape atau landform yang ada sekarang, maka dapat diperkirakan proses geomorfik apa yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau land form seperti itu.

1.2. Aplikasi Geomorfologi
Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, dan lebih rinci dibahas dalam modul 9. Misalnya, aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan berbagai bidang teknik sivil atau kontruksi bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu ben-tuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.
Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada landform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas (in print) pada landform yang terben-tuk oleh proses itu. Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari kharakteristik landform dan merupakan informasi pen-ting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebaginya

Prinsip Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) menjelaskan 10 prinsip dasar yang digunakan dalam interpretasi bentuk lahan (landform) oleh geomorfologist sbb:
1. The same physical processes and laws that operate today operated throughout geologic time although not necessarily always with the same intensity as now (Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja pada masa lampau (dalam hitungan waktu geologis) meskipun intensitasnya tidak harus sama).
Misalnya, proses erosi dan pegendapan yang terjadi di masa lampau dan yang terjadi saat ini mengikuti aturan yang sama. Erosi terjadi terutama pada bagian lereng atas – tengah yang curam, berdampak pada penipisan solum tanah; sedangkan deposisi terjadi pada bagian lereng bawah yang datar dan berakibat terjadinya penebalan solum tanah. Proses lain, seperti volkanisme, longsoran, dan pembentukan delta yang terjadi di masa lampau dan yang sekarang, mengikuti aturan yang sama pula. Pada kedua masa kejadian ter-sebut mungkin hasilnya berbeda dalam hal kuantitas yang dihasilkan per sa-tuan waktu, karena faktor yang mempengaruhi dan energi yang terlibat pada kejadian dalam masing-masing masa geologis tersebut dapat saja sangat berbeda intensitasnya.
2. Geologic structure is a dominant controlling factor in the evolution of land-form and is reflected in them (Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan yang terbentuk).
Misalnya, daerah yang dulunya merupakan kawasan perbukitan dengan struktur geologi lipatan atau patahan, maka pada bentuk lahan yang dihasilkan (yang ada pada saat ini) akan tetap menampakan ciri bentuk struktur lipatan atau patahan tersebut, meskipun telah terjadi proses evolusi geomorfik yang cukup intensif.
3. To a large degree the earth’s surface processes relief because the geomor-phic processes operate at different rates (Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya).
4. Geomorphic processes leave their distinctive imprint upon landform and each geomorphic process develops its own characteristic assemblage of landform (Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya).
Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan dan dataran banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng curam, menghasilkan gully erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa telah terjadi penggerusan tanah oleh agen erosi (air) secara vertikal yang in-tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi tinggi) pada lereng yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah da-taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-la meander). Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-ral yang lebih dominan daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik (dalam hal ini erosi) di kedua landform tersebut tetap membekas pada ben-tuk lahan yang terbentuk melalui proses itu.
5. As the different erosional agents act upon the earth’s surface, there is produced an orderly sequence of landform (Agen erosi yang berbeda bekerja pada permukaan bumi menghasilkan bentuk lahan yang tampak secara berurutan dan teratur
Erosi oleh air limpasan akan menghasilkan bentuk lahan tempat terjadinya erosi, transportasi, dan deposisi pada posisi lereng yang teratur (berurutan). Erosi oleh angin menghasilkan bentuk lahan yang dicirikan oleh cekungan/ lembah dan gundukan/bukit partikel debu dan pasir dengan urutan sesuai dengan arah dan kecepatan agen erosi (angin). Kedua erosi dengan agen erosi yang berbeda tersebut dapat saja terjadi di daerah yang sama, jika di daerah itu pernah terjadi perubahan iklim yang ekstrim. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh kerja dari kedua agen erosi itu akan tampak secara berurutan (sequential), sesuai dengan waktu kejadian dan intensitasnya.
6. Complexity of geomorphic evolution is more common than simplicity (Evolu-si geomorfik umumnya bersifat kompleks dan jarang bersifat sederhana).
Kondisi alami permukaan bumi sebagian besar merupakan hasil dari banyak kejadian alami yang menyebabkan terjadinya proses geomorfik yang berbeda pada suatu bentuk lahan, baik terjadi dalam waktu bersamaan maupun ber-gantian. Misalnya, erosi, tekanan tektonik yang menghasilkan suatu patahan atau angkatan, terjadinya gempa, dan longsoran tanah, menghasilkan proses pembentukan dan perkembangan permukaan lahan yang kompleks. Proses landform yang kompleks itu lebih banyak dijumpai daripada yang sederhana. Implikasi dari kenyataan itu bahwa interpretasi yang tepat tentang kejadian alam dan hasil proses alami itu sangat sulit karena kompleksitasnya.
7. Little of the earth’s topography is older than tertiary and most of it is not older than Pleistocene (Hanya sebagian kecil topografi di permukaan bumi yang lebih tua dari masa tersier dan sebagian besar tidak lebih tua dari masa plistosen). Masa tersier adalah 1,6 – 65 juta tahun yang lalu sebelum masehi (SM), sedangkan masa plistosen adalah sekitar 1,6 juta tahun yang SM. Jadi, seba-gian besar bentuk lahan yang ada sekarang jarang yang sangat tua, ber-dasarkan umur geologis.
8. Proper interpretation of present-day landscapes is impossible without full appreciation of the manifold influences of the geologic and climatic changes during the pleistocence (Interpretasi secara tepat tentang landscapes yang ada saat ini tidak akan mungkin dilakukan tanpa pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh perubahan geologi dan iklim dalam masa pleistocene).
9. An appreciation of world climates is a necessary to a proper understanding of varying importance difference of geomorphic processes (Pemahaman iklim global diperlukan untuk dapat memahami keragaman penting yang terjadi dari perbedaan proses geomorfik).
10. Geomorphology, although concern with present-day landscapes, attains its maximum usefulness by historical extension (Meskipun geomorfologi lebih memperhatikan pada bentang lahan yang ada saat ini, manfaat maksimum hanya dapat diperoleh jika melalui pemahaman historis).
Read More..