Sabtu, 10 April 2010

GEOMORFOLOGI

Banyak literatur yang berbeda dalam mendifinisikan geomorfologi. Secara sederhana, geomorfologi dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk atau rupa permukaan bumi, proses pembentukan, dan karakteristik dari bentuk muka bumi tersebut. Dalam pengertian tersebut, cakupan geomorfologi meliputi morfografi, morfome-tri, morfostruktur, dan morfodinamik

Hamparan lahan, umumnya terdiri atas beberapa bentuk permukaan bumi (landform), dan disebut bentang lahan (landscape). Istilah landscape atau landform sering rancu dengan fisiografi yang hanya menekankan pada aspek topografi atau kemiringan lereng di hamparan lahan itu. Fisiografi merupakan salah satu asfek dalam pengertian landscape
Geomorfologist mempelajari bentang lahan (landscape) atau bentuk muka bumi (landform) yang ada sekarang, dan memprediksi proses geomorfik apa saja yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau landform yang ada seperti sekarang. Suatu asumsi penting bahwa setiap proses geomorfik akan menghasilkan landscape atau landform dengan ciri yang unik (khas). Jadi, dengan mengenali hasil proses tersebut, yaitu land scape atau landform yang ada sekarang, maka dapat diperkirakan proses geomorfik apa yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau land form seperti itu.

1.2. Aplikasi Geomorfologi
Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, dan lebih rinci dibahas dalam modul 9. Misalnya, aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan berbagai bidang teknik sivil atau kontruksi bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu ben-tuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.
Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada landform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas (in print) pada landform yang terben-tuk oleh proses itu. Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari kharakteristik landform dan merupakan informasi pen-ting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebaginya

Prinsip Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) menjelaskan 10 prinsip dasar yang digunakan dalam interpretasi bentuk lahan (landform) oleh geomorfologist sbb:
1. The same physical processes and laws that operate today operated throughout geologic time although not necessarily always with the same intensity as now (Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja pada masa lampau (dalam hitungan waktu geologis) meskipun intensitasnya tidak harus sama).
Misalnya, proses erosi dan pegendapan yang terjadi di masa lampau dan yang terjadi saat ini mengikuti aturan yang sama. Erosi terjadi terutama pada bagian lereng atas – tengah yang curam, berdampak pada penipisan solum tanah; sedangkan deposisi terjadi pada bagian lereng bawah yang datar dan berakibat terjadinya penebalan solum tanah. Proses lain, seperti volkanisme, longsoran, dan pembentukan delta yang terjadi di masa lampau dan yang sekarang, mengikuti aturan yang sama pula. Pada kedua masa kejadian ter-sebut mungkin hasilnya berbeda dalam hal kuantitas yang dihasilkan per sa-tuan waktu, karena faktor yang mempengaruhi dan energi yang terlibat pada kejadian dalam masing-masing masa geologis tersebut dapat saja sangat berbeda intensitasnya.
2. Geologic structure is a dominant controlling factor in the evolution of land-form and is reflected in them (Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan yang terbentuk).
Misalnya, daerah yang dulunya merupakan kawasan perbukitan dengan struktur geologi lipatan atau patahan, maka pada bentuk lahan yang dihasilkan (yang ada pada saat ini) akan tetap menampakan ciri bentuk struktur lipatan atau patahan tersebut, meskipun telah terjadi proses evolusi geomorfik yang cukup intensif.
3. To a large degree the earth’s surface processes relief because the geomor-phic processes operate at different rates (Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya).
4. Geomorphic processes leave their distinctive imprint upon landform and each geomorphic process develops its own characteristic assemblage of landform (Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya).
Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan dan dataran banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng curam, menghasilkan gully erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa telah terjadi penggerusan tanah oleh agen erosi (air) secara vertikal yang in-tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi tinggi) pada lereng yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah da-taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-la meander). Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-ral yang lebih dominan daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik (dalam hal ini erosi) di kedua landform tersebut tetap membekas pada ben-tuk lahan yang terbentuk melalui proses itu.
5. As the different erosional agents act upon the earth’s surface, there is produced an orderly sequence of landform (Agen erosi yang berbeda bekerja pada permukaan bumi menghasilkan bentuk lahan yang tampak secara berurutan dan teratur
Erosi oleh air limpasan akan menghasilkan bentuk lahan tempat terjadinya erosi, transportasi, dan deposisi pada posisi lereng yang teratur (berurutan). Erosi oleh angin menghasilkan bentuk lahan yang dicirikan oleh cekungan/ lembah dan gundukan/bukit partikel debu dan pasir dengan urutan sesuai dengan arah dan kecepatan agen erosi (angin). Kedua erosi dengan agen erosi yang berbeda tersebut dapat saja terjadi di daerah yang sama, jika di daerah itu pernah terjadi perubahan iklim yang ekstrim. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh kerja dari kedua agen erosi itu akan tampak secara berurutan (sequential), sesuai dengan waktu kejadian dan intensitasnya.
6. Complexity of geomorphic evolution is more common than simplicity (Evolu-si geomorfik umumnya bersifat kompleks dan jarang bersifat sederhana).
Kondisi alami permukaan bumi sebagian besar merupakan hasil dari banyak kejadian alami yang menyebabkan terjadinya proses geomorfik yang berbeda pada suatu bentuk lahan, baik terjadi dalam waktu bersamaan maupun ber-gantian. Misalnya, erosi, tekanan tektonik yang menghasilkan suatu patahan atau angkatan, terjadinya gempa, dan longsoran tanah, menghasilkan proses pembentukan dan perkembangan permukaan lahan yang kompleks. Proses landform yang kompleks itu lebih banyak dijumpai daripada yang sederhana. Implikasi dari kenyataan itu bahwa interpretasi yang tepat tentang kejadian alam dan hasil proses alami itu sangat sulit karena kompleksitasnya.
7. Little of the earth’s topography is older than tertiary and most of it is not older than Pleistocene (Hanya sebagian kecil topografi di permukaan bumi yang lebih tua dari masa tersier dan sebagian besar tidak lebih tua dari masa plistosen). Masa tersier adalah 1,6 – 65 juta tahun yang lalu sebelum masehi (SM), sedangkan masa plistosen adalah sekitar 1,6 juta tahun yang SM. Jadi, seba-gian besar bentuk lahan yang ada sekarang jarang yang sangat tua, ber-dasarkan umur geologis.
8. Proper interpretation of present-day landscapes is impossible without full appreciation of the manifold influences of the geologic and climatic changes during the pleistocence (Interpretasi secara tepat tentang landscapes yang ada saat ini tidak akan mungkin dilakukan tanpa pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh perubahan geologi dan iklim dalam masa pleistocene).
9. An appreciation of world climates is a necessary to a proper understanding of varying importance difference of geomorphic processes (Pemahaman iklim global diperlukan untuk dapat memahami keragaman penting yang terjadi dari perbedaan proses geomorfik).
10. Geomorphology, although concern with present-day landscapes, attains its maximum usefulness by historical extension (Meskipun geomorfologi lebih memperhatikan pada bentang lahan yang ada saat ini, manfaat maksimum hanya dapat diperoleh jika melalui pemahaman historis).

3 komentar: